Murottal Al-Quran

Selasa, 10 November 2009

Ilmu yang bermanfaat

Ilmu-ilmu yang terpuji itu bisa dibagi menjadi dua macam:

l. Terpuji secara seutuhnya. Selagi ilmu ini semakin banyak, maka ia semakin baik dan utama, yaitu ilmu tentang Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, hikmah-Nya yang menyertakan akhirat dengan dunia. Ini adalah ilmu yang harus dicari dan yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan di akhirat. Ilmu ini bagaikan lautan yang tidak diketahui seberapa jauh kedalamannya. Manusia hanya bisa berenang di bagian pesisir dan pantainya menurut kesanggupannya.

2. Ilmu-ilmu yang terpuji dengan takaran yang tertentu, seperti ilmu-ilmu yang sudah saya sebutkan di atas, yang termasuk dalam kategori fardhu kifayah, karena dalam masing-masing ilmu ini ada kekurangan dan keterbatasan.

Maka jadilah salah seorang di antara dua jenis manusia: Pertama, jadilah orang yang sibuk dengan dirimu sendiri. Kedua, setelah selesai dari kesibukan dengan diri sendiri, berikanlah manfaat kepada orang lain.

Engkau jangan menjadi orang yang hanya sibuk memperbaiki orang lain sebelum memperbaiki diri sendiri. Perbaikilah batinmu dan bersihkan¬lah ia dari sifat-sifat yang tercela, seperti terlalu ambisius, iri, dengki, riya' dan ujub sebelum engkau memperbaiki lahirmu. Insya Allah hal ini akan dibahas dalam bab perusak.

Jika engkau belum bisa menata diri sendiri dan batinmu, maka janganlah menyibukkan diri dengan fardhu kifayah. Sebab banyak orang lain yang telah melaksanakan fardhu kifayah ini. Orang yang hendak mencelakakan diri sendiri dengan memperbaiki keadaan orang lain adalah orang yang bodoh. Perumpamaan dirinya seperti orang yang di dalam pakaiannya tersusupi kalajengking, lalu dia mengendap-endap untuk menghalau seekor lalat agar tidak hinggap di tubuh orang lain di sam¬pingnya.

Jika engkau sudah bisa menata diri sendiri dan membersihkannya atau lebih jauh dari itu, bolehkah engkau menyibukkan diri dengan fardhu-fardhu kifayah. Perhatikan pula tahapan-tahapannya. Mulailah dengan Kitab Allah, kemudian dengan Sunnah Rasul-Nya, kemudian

ilmu-ilmu Al-Qur'an, seperti ilmu tafsir, nasikh wa mansukh (yang meng¬hapus dan yang dihapus), muhkam wa mutasyabih (yang pasti ketentuan hukumnya dan belum pasti) dan lain sebagainya. Setelah menelaah Sun¬nah, bolehlah engkau menyibukkan diri dengan masalah-masalah furu' dan ushul fiqih. Begitu pula ilmu-ilmu yang lain, selagi ada kesempatan untuk mempelajarinya. Janganlah engkau menghabiskan umurmu dalam satu jenis ilmu karena ingin mendapatkan predikat spesialisasi. Sesungguhnya ilmu itu sangat banyak, sementara umur manusia sangat terbatas. Ilmu¬ilmu ini hanya sekedar sebagai alat untuk mendapatkan tujuan yang lain. Segala sesuatu yang memang menjadi sarana untuk suatu tujuan, maka ia tidak boleh diabaikan.

Sumber : Kitab Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah

1 komentar:

  1. Semoga menjadi amal kebaikan bagi yang nulisnya amin..

    BalasHapus