Murottal Al-Quran

Minggu, 31 Januari 2010

Milyuner Dermawan yang luar biasa


Abdurrahman Bin Auf ra

Setelah perintah hijrah ke Madinah diturunkan, berangkatlah sejumlah besar kaum muslimin untuk memenuhinya dengan tanpa membawa harta maupun perbekalan yang cukup. Sehingga ketika sesampainya di Madinah, Rasulullah salallahu alaihi wasallam mempersaudarakan antara seorang Muhajirin dan seorang Anshar agar terbentuk tali persaudaraan yang kuat dan juga untuk meringankan beban kaum Muhajirin.

Maka, salah seorang sahabat Rasulullah salallahu alaihi wasalam yang terkenal, yaitu Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan seorang An-Shar yang kaya raya, yaitu Sa’ad bin Rabi’.

Berkata Sa’ad kepada Abdurrahman bin Auf “Saudaraku, aku adalah penduduk madinah yang kaya raya, silahkan pilih separuh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang istri, coba perhatikan yang lebih menarik perhatianmu, akan ku ceraikan ia hingga engkau dapat memperistrinya.” Namun, jawab Abdurrahman bin Auf. “Semoga Allah memberkatimu, istri dan hartamu! Tunjukkanlah letaknya pasar agar aku dapat berniaga.”

Setelah diberi petunjuk lokasi pasar, Abdurrahman bin Auf pergi tanpa berbekal modal, lalu berjual beli disana. Sepulangnya dari pasar, ia pun memperoleh keuntungan yang besar yang tak disangka-sangka. Dan tak lama berselang, ia sudah menjadi milyuner baru di kota Madinah.

Keberuntungan Abdurrahman bin Auf dalam perniagaan memang sangat luar biasa, sampai suatu batas yang membangkitkan dirinya rasa takjub dan heran, hingga katanya, “sungguh kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan dibawahnya emas dan perak.”

Perniagaan bagi Abdurrahman bin Auf bukan berarti rakus dan hina. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidup mewah dan ria! Malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berkurban di jalan-Nya.

Pada suatu hari setelah wafatnya Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam kota madinah sedang aman dan tentram, tiba-tiba dari arah pinggir kota terlihat debu tebal yang mengepul ke udara, semakin lama gumpalan debu semakin tinggi menutup pemandangan. Angin yang bertiup menyebabkan gumpalan debu kuning dari butiranbutiran saharayang lunak, terbawa menghampiri pintu-pintu kota, banyak yang menyangka ada angin rebut yang menyapu dan menerbangkan pasir, namun dari balik tirai debu segera terdengar hiruk pikuk yang nenandakan tibanya kafilah besar perniagaan.

Tidak lama kemudian sampailah 700 kendaraan yang sarat dengan muatannya, memenuhi jalan-jalan madinah dan menyibukkan penduduknya. Mereka saling memanggil untuk menyaksikan datannya rezeki yang dibawa kafilah itu. Melihat tingkat kesibukan masyarakat yang sangat tinggi diluar kebiasaannya, Ummul Mukminin “Aisyah ra bertanya, “Apa yang telah terjadi di Kota Madinah..? Mendapat jawaban, bahwa kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari syam membawa barang-barang dagangannya, Ummul mukminin berkata : “kafilah yang telah membuat kesibukan ini?” benar ya umummul mukminin.. karena ada 700 kendaraan…! Ummul Mukminin menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil melayangkan pandangannya jauh menembus, seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah di lihat atau ucapan yang pernah di dengarnya. Beliau berkata : “Ingat..! aku pernah Rasulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda : “Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk syurga dengan perlahan-lahan!”.

Sebagian shahabat menyampaikan perkataan ‘Aisyah kepadanya, maka ia pun teringat sering mendengar kalimat itu dari Rasulullah Salallahu alaihi wa sallam dan sebelum tali-temali perniagaan dilepaskan, diarahkan langkahnya dengan mantap menuju rumah Ummul Mukminin lalu berkata kepadanya, “Anda telah mengingatkan saya perkataan kekasih kita yang tak pernah saya lupakan. Dengan ini saya berharap dengan sangat anda menjadi saksi bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya saya persembahkan di jalan Allah Azza wa jalla..!”

Maka dibagikannyalah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya sebagai perbuatan baik yang maha besar. Peristiwa yang satu ini cukuplah untuk menggambarkan kesempurnaan iman shahabat Rasulullah salallahu alaihi wa sallam, Abdurrahman bin Auf ra. Dialah pengusaha yang berhasil, keberhasilan yang paling besar dan sempurna. Dialah milyuner yang berhasil dunia akhirat, kekayaan yang paling banyak dan melimpah ruah..! Dialah mukmin yang bijaksana, yang tak sudi kehilangan syurga akhiratnya hanya karena dunia yang sedikit, tak rela tertinggal dari kafilah iman bersama rasulullah salallahu alaihi wa sallam hanya karena kesibukan duniawi. Itulah milyuner kita Abdurrahman bin Auf ra.

Beliau termasuk shahabat ke-delapan yang masuk islam sejak fajar Nur Illahi baru menyingsing. Hingga pada suatu hari, ketika hidangan istimewa untuk berbuka dihadapkan kepadanya, tiba-tiba ia menangis dengan deraian air mata sambil berkata :
“Mush’ab bin Umair telah gugur sebagai syahid, ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku, ia hanya mendapat kafan sehelai burdah. Jika ditutupkan ke kepalanya, maka kelihatan kakinya, dan jika ditutupkan kedua kakinya terbuka kepalanya. Begitupun dengan Hamzah, ia pun gugur sebagai syahid, dan disaat akan dikuburkan, hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir kalau-kalau telah didahulukan pahala kebaikan kami…!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar