Murottal Al-Quran

Selasa, 19 Januari 2010

Hari Ini Milik Kita



Mengenang masa lalu untuk kemudian bersedih atas semua kega-galan yang pernah dialami merupakan tindakan sia-sia, membunuh semangat, memupus harapan dan mengubur masa depan.

Muslim yang berpikir cerdas akan melipat berkas-berkas masa lalu, ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam `gudang lupa', diikat dengan tali yang kuat da¬lam `penjara' acuh buat selamanya, ka¬rena masa lalu telah berlalu. Kesedihan dan keresahan tak akan mampu mem¬perbaikinya kembali. Kegundahan tak akan mampu merubahnya menjadi te¬rang, karena memang ia sudah tiada.

Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri kita dari bayangan masa silam. "Apakah kita ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, se orok bayi ke perut ibunya dan air mata ke dalam kelopaknya ?

Ingatlah, keterikatan kita dengan masa lalu, keresahan kita atas apa yang telah terjadi adalah tindakan yang sa¬ngat naif, ironis, memprihatinkan dan menakutkan. Membaca kembali lemba¬ran masa lalu hanya akan memupus masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Al-Qur'an mengajarkan se¬tiap kondisi yang menerangkan suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah swt selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah.

Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, tak ubahnya seperti menum¬buk tepung, menggergaji serbuk kayu. Orang tua-tua kita mengajarkan.

"Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya".

Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan hanya karena disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin ber¬satu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab yang de¬mikian itu mustahil, karena angin selalu berhembus ke depan, air selalu mengatir ke depan, setiap kafilah akan berjalan maju ke depan.

Maka itu, jangan pernah melawan sunnah kehidupan!

Jika kita berada di pagi hari, jang¬anlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan kita jalani, bukan hari kema¬rin yang telah berlalu clan bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari ya¬ng saat ini mataharinya menyinari kita clan siangnya menyapa, inilah hari kita.

Umur kita mungkin tinggal hari ini. Anggaplah masa hidup kita hanya hari ini. Seakan-akan kita dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini. Dengan begitu, hidup kita tidak akan tercabik¬cabik diantara gumpalan keresahan, ke¬sedihan dan duka cita masa lalu, atau bayangan masa depan yang penuh ke¬tidakpastian bahkan acapkali mena¬kutkan.

Mari curahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras untuk hari ini. Mari bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan Al-Qur'an yang penuh peng-hayatan, zikir dengan sepenuh hati. Keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, ridho dengan semua yang Allah swt berikan, ber¬empati terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta berbuat baik terhadap sesama.

Sumber : (Dr. A’id Al-Qarny, La Tahzan).

1 komentar:

  1. "wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah seperti mataharimu. Aku takkan pernah menangisi kepergianmu, dan kamu takkan pernah melihatku termenung sedetikpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi..." La Tahzan, Jangan Bersedih...

    BalasHapus