Murottal Al-Quran

Kamis, 28 Januari 2010

HARUSKAH KITA MENGEJAR NYA?


Apabila musim pemilu/pilkada telah tiba, banyak sekali tokoh dari berbagai elemen masyarakat berminat dan berambisi tuk jadi pejabat baik sebagai presiden, wakil rakyat, gubernur, walikota, bupati, camat, lurah hingga ketua rt di lingkungan tempat kita tinggal, semua berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dan yang paling tepat untuk ditawarkan ke pemilih.

Berbagai cara dilakukan untuk menarik simpati pemilih disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing mulai dari renovasi berbagai sarana rakyat misalnya sarana olah raga, sarana ibadah, dan kegiatan sosial mulia lainnya.

Namun sayang, musim penuh kebaikan itu hanya sesaat saja, setelah lewat musim tersebut, lewat pula semua kebaikan-kebaikan tersebut, semua masarakat kembali ke posisi masing-masing.

Ditengah hiruk pikuknya musim kampanye dengan segala atributnya guna menarik simpati pemilih, ada yang tulus memberikan semua bantuan dan kebaikan-kebaikannya namun tak sedikit pula ada “udang di balik batu” he.. sayang sekali amal yang bagus tidak diiringi dengan niat yang tulus nan lurus, semua hanya untuk memikat simpati pemilih saja,,

Hal ini membuat bertanya-tanya, kenapa pada semangat mengejar dan memburu jabatan dunia? Padahal kekasih Allah Shallallahu Alaihi Wa Sallam telah bersabda : "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan (jabatan) Karena se¬sungguhnya jika engkau diberi kepe¬mimpinan karena permintaanmu maka engkau akan diserahkan kepadanya (tidak ditolong oleh Allah). Jika engkau diberi tanpa meminta maka engkau akan dibantu melaksanakannya". (HR. Bukhary dan Muslim).

Sebetulnya ada apa gerangan dibalik jabatan tersebut? Apakah menganggap jabatan sebagai lahan basah yang menjanjikan keuntungan materi? Apakah berfikir dengan mengemban jabatan, dapat leluasa menggunakan harta umat untuk kepentingan pribadi dan keluarga? Jika itu yang terlintas da¬lam benak pemburu jabatan, sungguh menyesal ibu mengandung. Manusia modern yang tak pernah memahami hakikat amanah dan untuk apa kita diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Mampukah kita menjadikan Umar bin Khattab radhiallahu `anhu sebagai panutan? Memikul sekarung gandum seorang diri, ditengah malam yang senyap sunyi, hanya karena takut ditanya Ilahi, ketika satu keluarga janda miskin dan anak-anaknya sedang kelaparan. Dengan penuh tanggung jawab dan rasa takut pada Allah Subhanahu wa Ta'ala beliau pernah berucap; "Seandainya ada seekor kambing di Syam yang tergelincir hingga jatuh ke jurang, niscaya aku akan ditanya pada hari kiamat kelak kenapa tidak engkau perbaiki jalan tersebut, wahai Umar?"

Sungguh menjadi sebuah prototype pemimpin yang luar biasa yang hendaknya dijadikan teladan buat kita semua, bukan sebaliknya,, pejabat yang tiap hari melintas di jalan yang berlubang menganga sama sekali di biarkan begitu saja, entah apa alasannya, bahkan tak sedikit masyarakat yang melihat jalan yang berlubang dan banyak kubangan air, sebagai bentuk kekesalannya tak sedikit yang menanam pohon pisang di jalan yang rusak tersebut..he..

Kekasih Allah Shallallahu `Alaihi wa Sallam pemah berpesan "Demi Allah, tidaklah seseorang dari kalian mengam¬bil sesuatu yang bukan haknya kecuali ia akan datang menghadap Allah sambil membawa apa yang diambilnya itu pada hari kiamat". (HR. Bukhary dan Muslim)

Takutlah kepada Allah. Waspadalah terhadap fitnah dunia, yang terlihat begitu mempesona, dipelupuk mata hamba dunia, yang sedang terlena di dunia fana. Padahal ajal diujung sana, menanti kita dengan seksama. Dan itu Pasti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar