Murottal Al-Quran

Minggu, 10 Januari 2010

Macam-Macam Hadis


Hadis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua bagian utama, yaitu kuantitas dan kualitas perawinya. Klasifikasi berdasarkan kuantitas perawi ialah penggolongan hadis menurut banyak atau sedikitnya yang meriwayatkan hadis tersebut. Menurut klasifikasi ini, hadis terdiri atas hadis mutawatir dan ahad.

Hadis Mutawattir

Hadis Mutawattir hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang (biasanya banyak) dari awal sampai akhir sanad, dan orang-orang tersebut diyakini mustahil akan bersepakat untuk berbohong dalam meriwayatkannya. Karenanya, para ulama sepakat Hadis Mutawattir harus diamalkan.

Hadis Mutawattir itu sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu mutawattir ma’nawi (lafalnya banyak dan sama), mutawattir ma’nawi (lafalnya banyak dan semakna, tetapi tidak sama), dan mutawattir ma’nawi (merupakan perilaku yang sudah diamalkan oleh banyak orang dan diyakini berasal dari Nabi Muhammad SAW). Hadis Mutawattir bersifat pasti dan memiliki kesederajatan hamper sama dengan Alquran. Keberadaan Hadis Mutawattir amat sedikit dibandingkan dengan hadis ahad.

Hadis Ahad

Hadis Ahad terdiri atas tiga bagian, yaitu hadis masyhur, aziz dan gharib. Masyhur ialah hadis yang diriwayatkan paling tidak oleh tiga jalur rawi dan tidak kurang dari tiga. Namun, ada juga ulama yang membedakan masyhur dan ahad. Pandangan ini dianut oleh para ulama mazhab Hanafi. Menurut mereka, hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi tidak sampai derajat hadis mutawattir.

Akan tetapi, kebanyakan ulama cenderung, memasukan hadis masyhur kedalam hadis ahad, jika diriwayatkan oleh dua jalur rawi, hadis itu disebut hadis aziz, sedangkan, apabila diriwayatkan oleh satu jalur saja, maka disebut hadis gharib atau fard,

Hadis Sahih, Hasan, dan Dlaif

Status hadis juga bisa diilai dari segi sanad. Pada klasifiksi ini, hadis dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sahih, hasan dan dlaif (lemah).

Hadis sahih adalah hadis yang memenuhi persyaratan ulama. Hadis sahih ini diriwayatkan oleh seseorang yang dipercaya, kuat hafalannya, dan jauh dari sifat tercela. Hadis sahih terdiri atas Shahih li-zatihi (sahih dengan sendirinya) dan shahih ghairu li-zatihi (sahih karena ada keterangan lain yang mendukungnya; seperti hadis hasan yang jumlahnya banyak).

Sementara itu hadis hasan artinya hadis baik, yang memenuhi persyaratan, akan tetapi diriwayatkan oleh seseorang yang tidak terlalu sempurna kekuatan hafalannya, seperti halnya hadis sahih, hadis hasan terdiri atas dua bagian yaitu hasan li-zatihi (dengan sendirinya) dan hasan ghairu li-zatihi(ada keterangan pendukung lain) yang didukung dengan adanya hadis yang tidak terlalu lemah menceritakan hal yang sama.

Sedangkan hadis dlaif ialah hadis yang tidak memenuhi syarat hadis sahih atau hasan karena periwayatannya yang terputus atau karena perawinya tidak memenuhi persyaratan. Hadis dlaif tidak bisa dijadikan sumber hukum dan ketentuannya tidak boleh diamalkan.

Hadis dlaif ini dapat dilihat atas dua cara, yaitu bersambung atau tidaknya sanad dan tercelanya rawi, hadis dlaif yang dilihat dari bersambung atau tidaknya sanad meliputi hadis mursal, munqati’, mu’dal mudallas, mu’allaq, dan mu’allal. Adapun hadis dlaif yang disebabkan oleh tercelanya rawi ialah hadis maudlu’, matruk, munkar, mudraj, maqlub, mudtarib, musahhaf, muharraf, mubham, majhul, mastur, syadz, dan mukhtalit.

Hadis Maudlu

Selain itu dikenal pula Hadis Maudlu (palsu) yaitu sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW, tetapi sesungguhnya itu bukan merupakan perkataan, perbuatan, atau taqrir Nabi SAW meskipun ada yang berpendapat bahwa Hadis Maudlu sudah ada sejak masa Nabi SAW. Namun jumhur (mayoritas) ahli hadis berpendapat bahwa Hadis Maudlu mulai terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, baik karena ketegasan atau karena kehati-hatian periwayatan hadis dimasa kekhalifahan sebelumnya maupun situasi politik dimasa Ali, dimana perbenturan berbagai kepentingan semakin meningkat.

Cirri-ciri Hadis Maudlu adalah matan hadis tidak sesuai dengan kefasihan bahasa, kebaikan, kelayakan, dan kesopanan bahasa Nabi SAW (2). Bertentangan dengan Alquran, akal dan kenyataan. (3) Rawinya dikenal sebagai pendusta. (4) Pengakuan sendiri dari pembuat hadis palsu tersebut. (5). Ada petunjuk bahwa diantara perawinya terdapat pendusta dan (6). Rawi menyangkal bahwa ia pernah memberikan riwayat kepada orang yang membuat hadis palsu tersebut.

Hadis Matruk

Hadis lemah lainnya adalah Matruk, yaitu hadis yang perawinya tertuduh berdusta atau suka berdusta dalam pembicaraannya atau menampilkan kefasikan dalam pembicaraan dan perbuatan atau memiliki amat banyak kesalahan serta kekeliruan dalam meriwayatkan hadis.

Hadis Marfu

Hadis Marfu adalah hadis yang disandarkan kepada Nabi SAW secara khusus, baik danadnya bersambung maupun tidak.

Sumber : Islam Digest, Republika, Ahad, 10 Januari 2010, B6, nidia/berbagai sumber ed: sya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar